Hari Batik Nasional akan diperingati tanggal 2 Oktober 2019 akan datang. Tahun ini adalah tahun ke-10 dirayakannya hari batik sesudah di tahun 2009 lalu di resmikan oleh UNESCO untuk warisan budaya Indonesia. Perayaan hari batik tahun ini akan dikerjakan di Solo pada 2 Oktober serta 24-27 September di Jakarta. Batik adalah hal yang tidak asing lagi buat warga Indonesia. Batik ialah kain yang dilukis dengan cairan lilin malam memakai alat namanya canting serta membuahkan pola-pola spesifik pada kain.
Kata batik dirangkai dari kata ‘amba' yang bermakna kain yang lebar serta kata ‘tik' datang dari kata titik. Berarti, batik adalah beberapa titik yang digambar di media kain yang lebar demikian rupa hingga membuahkan pola-pola yang indah. seragam batik Diambil dari situs sah Pemerintah Jawa Barat, awalannya, batik cuma dipakai untuk baju raja, keluarga kerajaan, beberapa pekerja di kerajaan.
Sebab pekerja di kerajaan tinggal di luar keraton, mereka seringkali bawa pekerjaan membatik ke luar kerajaan. Oleh karenanya, selang beberapa saat banyak warga yang mengikuti membuat batik. Awalannya, pekerjaan membatik ini cuma ditangani oleh wanita saja untuk isi waktu senggang lalu bertumbuh jadi pekerjaan masih wanita pada saat itu. Sekarang ini, membuat batik bisa dilaksanakan oleh siapapun.
Tidak ada yang bisa pastikan kapan batik terbentuk, tapi batik telah ada semenjak jaman Majapahit yang lalu serta terus bertumbuh pada raja-raja setelah itu. Perubahan batik di jaman Majapahit Batik yang yang tumbuh di kerajaan Majahit bisa dijelajahi di wilayah Mojokerto serta Tulungagung. Pada saat itu, wilayah Tulungagung populer dengan nama wilayah Bonorowo. Wilayah itu dikendalikan oleh seorang yang benama Adipati Kalang, yang tidak ingin patuh pada kerajaan Majapahit. Waktu itu Majapahit sedang bertumbuh. Adipati Kalang selanjutnya meninggal dalam tindakan polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit di seputar desa yang saat ini namanya Kalangbret.
Keluarga kerajaan Majapahit serta tentaranya selanjutnya tinggal di daerah Bonorowo serta bawa kesenian batik ke daerah itu. Di akhir era ke 19, ada sebagian orang pengrajin batik mulai tampil di Mojokerto. Waktu itu, beberapa bahan yang digunakan untuk membatik cuma kain putih yang ditenun sendiri serta memakai beberapa bahan tradisionil. Di akhir perang dunia pertama, batik cap mulai diketahui di mojokerto yang dikenalkan oleh pedagang Cina bertepatan dengan masuknya obat-obat pewarna batik di luar negeri.
Walau batik diketahui semenjak zaman Majapahait, tetapi batik mulai menebar semenjak pesatnya perubahan batik di wilayah Solo serta Yogyakata, pada zaman kerajaan di wilayah ini. Hal tersebut terlihat dari perubahan batik di Mojokerto serta Tulungagung yang dikuasai corak batik Solo serta Yogyakarta.
Perubahan batik di jaman penebaran Islam Perubahan batik waktu jaman penebaran islam bisa dijelajahi di Jawa Timur, terutamanya di wilayah Ponorogo. Konon, di wilayah Batoro Katong, ada seorang turunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong yang disebut adik dari Raden Patah. Batoro Katong berikut yang bawa agama Islam ke Ponorogo. Setelah itu, di Ponorogo, di wilayah Tegalsari ada satu pesantren yang diasuh oleh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan ini jadi menantu raja di Keraton Solo di saat itu. Istrinya yang datang dari Solo yang bawa seni batik keluar dari keraton ke arah Ponorogo. Selain itu, banyak juga keluarga kraton Solo belajar di pesantren punya Kyai Hasan.
Batik dikancah internasional Batik sendiri mulai diketahui oleh masyarakt luar negeri semenjak dikenalkan oleh presiden ke-2 Indonesia, Soeharto pada tengah tahun 80-an dengan memberi batik untuk kenang-kenangan buat beberapa tamu negara. Tidak itu saja, Presiden Soeharto kenakan batik waktu hadiri pertemuan PBB yang membuat batik makin populer. Semenjak penetapan batik jadi warisan budaya Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009 yang lalu, perubahan batik di Indonesia semakin cepat. Beberapa jenis batik dengan motif-motif baru dan corak dengan warna yang semakin menarik makin bertambah.
Pada awal kehadirannya, motif batik tercipta dari simbol-simbol yang memiliki nuansa tradisionil Jawa, Islami, Hinduisme, serta Budhisme. Bersamaan dengan perubahan tehnologi, pengerjaan batik juga tidak terbatas dengan memakai canting atau biasa disebutkan batik catat. Batik cap yang dibikin memakai cap atau alat seperti stempel ada untuk percepat waktu pengerjaan batik. Tetapi, batik cap kurang diangap mempunyai nilai seni serta dihargai dengan murah dibanding dengan batik catat.
Kata batik dirangkai dari kata ‘amba' yang bermakna kain yang lebar serta kata ‘tik' datang dari kata titik. Berarti, batik adalah beberapa titik yang digambar di media kain yang lebar demikian rupa hingga membuahkan pola-pola yang indah. seragam batik Diambil dari situs sah Pemerintah Jawa Barat, awalannya, batik cuma dipakai untuk baju raja, keluarga kerajaan, beberapa pekerja di kerajaan.
Sebab pekerja di kerajaan tinggal di luar keraton, mereka seringkali bawa pekerjaan membatik ke luar kerajaan. Oleh karenanya, selang beberapa saat banyak warga yang mengikuti membuat batik. Awalannya, pekerjaan membatik ini cuma ditangani oleh wanita saja untuk isi waktu senggang lalu bertumbuh jadi pekerjaan masih wanita pada saat itu. Sekarang ini, membuat batik bisa dilaksanakan oleh siapapun.
Tidak ada yang bisa pastikan kapan batik terbentuk, tapi batik telah ada semenjak jaman Majapahit yang lalu serta terus bertumbuh pada raja-raja setelah itu. Perubahan batik di jaman Majapahit Batik yang yang tumbuh di kerajaan Majahit bisa dijelajahi di wilayah Mojokerto serta Tulungagung. Pada saat itu, wilayah Tulungagung populer dengan nama wilayah Bonorowo. Wilayah itu dikendalikan oleh seorang yang benama Adipati Kalang, yang tidak ingin patuh pada kerajaan Majapahit. Waktu itu Majapahit sedang bertumbuh. Adipati Kalang selanjutnya meninggal dalam tindakan polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit di seputar desa yang saat ini namanya Kalangbret.
Keluarga kerajaan Majapahit serta tentaranya selanjutnya tinggal di daerah Bonorowo serta bawa kesenian batik ke daerah itu. Di akhir era ke 19, ada sebagian orang pengrajin batik mulai tampil di Mojokerto. Waktu itu, beberapa bahan yang digunakan untuk membatik cuma kain putih yang ditenun sendiri serta memakai beberapa bahan tradisionil. Di akhir perang dunia pertama, batik cap mulai diketahui di mojokerto yang dikenalkan oleh pedagang Cina bertepatan dengan masuknya obat-obat pewarna batik di luar negeri.
Walau batik diketahui semenjak zaman Majapahait, tetapi batik mulai menebar semenjak pesatnya perubahan batik di wilayah Solo serta Yogyakata, pada zaman kerajaan di wilayah ini. Hal tersebut terlihat dari perubahan batik di Mojokerto serta Tulungagung yang dikuasai corak batik Solo serta Yogyakarta.
Perubahan batik di jaman penebaran Islam Perubahan batik waktu jaman penebaran islam bisa dijelajahi di Jawa Timur, terutamanya di wilayah Ponorogo. Konon, di wilayah Batoro Katong, ada seorang turunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong yang disebut adik dari Raden Patah. Batoro Katong berikut yang bawa agama Islam ke Ponorogo. Setelah itu, di Ponorogo, di wilayah Tegalsari ada satu pesantren yang diasuh oleh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan ini jadi menantu raja di Keraton Solo di saat itu. Istrinya yang datang dari Solo yang bawa seni batik keluar dari keraton ke arah Ponorogo. Selain itu, banyak juga keluarga kraton Solo belajar di pesantren punya Kyai Hasan.
Batik dikancah internasional Batik sendiri mulai diketahui oleh masyarakt luar negeri semenjak dikenalkan oleh presiden ke-2 Indonesia, Soeharto pada tengah tahun 80-an dengan memberi batik untuk kenang-kenangan buat beberapa tamu negara. Tidak itu saja, Presiden Soeharto kenakan batik waktu hadiri pertemuan PBB yang membuat batik makin populer. Semenjak penetapan batik jadi warisan budaya Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009 yang lalu, perubahan batik di Indonesia semakin cepat. Beberapa jenis batik dengan motif-motif baru dan corak dengan warna yang semakin menarik makin bertambah.
Pada awal kehadirannya, motif batik tercipta dari simbol-simbol yang memiliki nuansa tradisionil Jawa, Islami, Hinduisme, serta Budhisme. Bersamaan dengan perubahan tehnologi, pengerjaan batik juga tidak terbatas dengan memakai canting atau biasa disebutkan batik catat. Batik cap yang dibikin memakai cap atau alat seperti stempel ada untuk percepat waktu pengerjaan batik. Tetapi, batik cap kurang diangap mempunyai nilai seni serta dihargai dengan murah dibanding dengan batik catat.
Komentar
Posting Komentar